Cerita Rakyat ini berasal dari Kampung Epowa, Distrik Dipa, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.
![]() |
Foto : Ditome Papua |
Alkisah. Pada suatu hari tinggal lah seorang bapak di gunung Tekeile. Nama bapak itu adalah Wisai wude Madai. Wisai tinggal jauh dari perkampungan. Lelaki tua itu sakit sudah satu minggu.
suatu siang Wisai wude Madai mendengar ada suara orang, di depan halaman Labe Owaa (Rumah) nya. Walaupun badan yang begitu sakit, ia bergegas untuk bangun dan melihat keluar Labe Owaa (Rumah) nya.
Ternyata dua orang lelaki berbadan tinggi, berdiri, tepat di depan halaman Labe Owaa (Rumah) nya. Wisai sudah tau, kalau kedua lelaki itu adalah setan pohon. Sebut saja nama kedua setan itu, Poupotu Tauwai dan Wilei Madai. Untuk Wisai wude madai tidak asing lagi, dengan setan-setan yang berada di Meepago.
Wisai Wude Madai. mempunyai ilmu gaib yang dapat membawanya sampai di alam lain. Berinteraksi sama setan. kejar mengejar dan salin membunuh. Setan-setan di Meepago sudah tidak asing lagi kerena kejahatan yang di lakukan oleh Wisai.
Wisai Wude Madai. mempunyai ilmu gaib yang dapat membawanya sampai di alam lain. Berinteraksi sama setan. kejar mengejar dan salin membunuh. Setan-setan di Meepago sudah tidak asing lagi kerena kejahatan yang di lakukan oleh Wisai.
Poupotu Tauwai dan Wilei Madai memegang tali rotan serta menaruh para-para kayu buah tepat di depan rumah-nya. Wisai kembali dan pura-pura tidur.
Poupotu Tauwai dan Wilei Madai masuk ke dalam Labe Owaa (Rumah) itu.
Poupotu Tauwai dan Wilei Madai masuk ke dalam Labe Owaa (Rumah) itu.
Bentuk bangunan Labe Owaa (Rumah), sebelah menyebelah, dan tungku api di tengah. Kedua setan pohon itu duduk saling berhadapan.
Poupotu Tauwai memasang api rokok dan sambil berkata," mari kita mengikat nya" dengan cepat kedua setan pohon itu mengikat kaki dan tangan-nya Wisai wude Madai.
Poupotu Tauwai dan Wilei Madai membawa Wisa keluar dari dalam Labe Owaa (Rumah) nya. ke dua setan berbadan tinggi itu menaru Wisai di atas para para kayu buah.
Kedua setan itu membawa Wisai wude Madai ke setiap gunung yang ada di daerah MeePago. Kedua setan itu terakhir berpijak di gunung Deisai.
Poupotu Tauwai dan Wilei Madai membawa Wisai wude Madai kembali lagi kegunung Tekeile untuk dijadikan korban sembelihan. Pada hari pertemuan setan-setan yang ada di gunung tekeile.
Ketika sampai di gunung itu, Wisai wude Madai melihat banyak sekali setan yang sudah berkumpul disitu.
Wisai wude Madai melihat ada setan yang kakinya buntung satu, tangan buntung satu, mata yang tinggal satu, gigi tinggal satu, gigi tinggal dua dan masih banyak lagi.
pandangan Wisai wude Madai tertuju ke pojok , dan melihat ada seorang bapak tua, setan yang menunduk-kan kepalanya.
pandangan Wisai wude Madai tertuju ke pojok , dan melihat ada seorang bapak tua, setan yang menunduk-kan kepalanya.
Wilei Madai dan Poupotu Tauwai menaru Wisai wude Madai di tengah-tengah kerumunan setan setan-setan. Kepala Suku yang berdiri di tengah kerumunan setan-setan itu mengeluarkan upa artinya (pisau). Dan memotong tali rotan yang mengikat kaki dan tangan pria malang itu.
Kepala Suku setan itu mengarahkan upa (Pisau) kearah jantung Wisai wude Madai. kemudia datang lah setan tua yang menundukkan kepala sejak tadi, dan memegang tangan Wisai wudei Madai yang tengah terbaring di kerumunan setan-setan itu, dan berlari sembunyi dari, banyaknya setan setan itu.
Setan-setan yang berkumpul tadi berlari mengejar Wisai wude Madai dan orang tua setan itu, tetapi usaha setan-setan itu, sia-sia dalam pengejaran-nya.
Orang tua setan itu membawanya sembunyi, di dalam batu, kayu dan pepohonan. Enam hari lamanya, mereka berdua bersama.
Di atas gunung Deisai, orang tua setan itu bercerita kepada Wisai wude Madai, kalau sebenarnya ia adalah ayah kandung nya. Yang telah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Sebut saja nama orang tua setan itu, Pilemoni Madai.
Wisai wude Madai merasa gembira campur isak oleh kehadiran ayan nya. pada hari itu juga, Pilemon Madai berkata,” saya akan mengantarkan kamu pulang ke Gunung tekeile.
Hari itu, Pelemon Madai membawa Wisai Wude Madai, sampai di Labe Owaa (Rumah) nya.
Oleh : Ditome Papua
Posting Komentar