Foto : Ditome Papua |
Konon. Ada seorang raja bernama Tekeyle. Berjalan-jalan di belakang istananya. Di balik istana itu terdapat sungai yang besar. Sungai itu, bernama Keysai. Ketika sampai di bibir sungai Keysai.
Raja itu melihat kalau di atas permukaan air tersebut. Di aliri oleh busa yang cukup banya. Raja itu bertanya-tanya dalam hatinya, pasti ada orang lain yang tinggal di samping sungai ini. Raja itu kembali ke istana nya.
Raja itu memiliki satu istri. Istri nya bernama Marta. Selama dua puluh tahun Marta belum juga memberikan Tekeyle seorang anak.
Di usianya yang hampir tua. Tekeyle banyak berfikir bagaimana ia bisa mendapat istri kedua untuk mendapat seorang anak.
Keesokan harinya Tekeyle pergi ke sungai, belakang kerajaan itu. Tekeyle melihat sungai yang di penuhi dengan busa yang cukup banyak. terlintas dalam benaknya, kalau raja tersebut akan menyusuri sungai tersebut serta melihat sumber busa itu.
Tekeyle mulai menyusuri sungai itu. Sudah jauh dari kerajaannya, raja itu berjalan. Tak lama kemudian raja itu ia sampai di terjun yang sangat indah. Awan di sekitar situ menjadi hitam sepertinya, akan turun hujan dan terlihat pelangi di atas langit.
Raja itu bersembunyi di balik batu. Langit terbuka membentuk bulatan, cahaya mata hari ter pancar mengenai aliran air terjun itu. Ke tuju bidadari turun dari langit. Raja itu masih saja melihat dari jauh.
Bidadari-bidadari itu ketika berdiri di samping terjun tersebut. langit kembali menjadi cerah.
Bidadari-bidadari itu ketika menaruh selendang mereka di samping terjun tersebut.
Bidadari pertama bercerita kepada ke enam adiknya,” apa bila saya menikah dengan manusia, saya akan melahirkan satu anak.
Bidadari yang kedua bercerita,” apa bila saya menikah dengan manusia, saya akan melahirkan dua anak.
Bidadari yang ketiga bercerita,”apa bila saya menikah dengan manusia saya akan melahirkan tiga anak.
Bidadari yang ke empat bercerita,” apa bila saya menikah dengan manusia saya akan melahirkan empat anak.
Bidadari yang ke lima berkata apa bila saya menikah dengan manusia,” saya akan melahirkan lima anak.
Bidadari yang ke enam bercerita,” apa bila saya menikah dengan manusia, saya akan melahirkan enam orang anak.
Bidadari yang ke tuju bercerita,” apa bila saya menikah dengan manusia, saya akan melahirkan seratus satu bersaudara.
Raja itu masih mengintip ke tuju bidadari tersebut. Dari balik batu raja mendengar perbincangan ketujuh bidadari itu. Raja tersebut berencana untuk menyembunyikan selendang bidadari yang ke tuju.
Ketujuh bidadari itu mandi di terjun. Mereka sangat ke asikan bermain air, di tengah ke asikan mereka, sampai-sampai mereka tidak menyadari kalau. Raja menyembunyikan selendang bidadari yang ke tuju.
Mereka bermain di bawah aliran air terjun itu. Dengan tenggan mereka salin menyiram satu sama lain di wajah.
Sebentar lagi hari akan sore. Ke tuju bidadari itu keluar dari dalam air. Ketika sampai tepian sungai itu, mereka mengambil selendang mereka masing-masing. untuk kembali ke kayangan.
Ke enam bidadari sudah bersiap untuk kembali, tetapi bidadari yang ke tuju belum juga siap. Karena selendang nya hilang. Bidadari ketujuh itu masih berkeliaran mencari selendang nya.
Tak lama kemudian langit menjadi hitam, dan membentuk bulatan terpancar cahaya mengenai ke enam bidadari itu. Tetapi bidadari yang ketujuh berdiri jauh dari sinar itu. Raja tersebut masih mem perhatikan reaksi mereka di samping terjun itu.
Ke enam Bidadari itu serentak meminta maaf kepada bidadari ke tuju. Ke enam bidadari itu terbang pergi meninggalkan bidadari ke tuju.
Tak lama kemudian lagi kembali menjadi cerah. Bidadari itu menangis ter isak-isak melihat kepergian ke enam saudaranya.
Raja itu menyimpan selendang bidadari di dalam bajunya. Di tengah isak tangis bidadari itu, raja berkata sebentar lagi kegelapan akan menyelimuti jagat raya. Mari ikut lah bersamaku. Bidadari itu melihat kiri, kanan belakang dan depan mencari sumber suara tersebut.
Raja itu berdiri di balik batu. Bidadari itu pun melihatnya. Bidadari tersebut masih saja berdiri di samping terjun itu. Raja berkata,” ayo kau ikut bersama aku, sebentar lagi akan gelap.
Raja itu berjalan menemui bidadari tersebut. Bidadari itupun ikut bersama raja. Kedua orang itu menyusuri sungai tersebut hingga sampai di istana.
Raja berkata kepada istrinya Marta,” besok saya akan melangsungkan pernikahan dengan wanita ini. Tolong siapkan pesta yang meriah malam ini juga. Marta mengiyakan.
Malam itu juga Marta memberitahukan semua pengawal kalau raja akan menikah dengan seorang wanita. Pengawal tersebut menyiapkan tempat untuk pernikahan raja.
Pagi itu juga raja dan bidadari tersebut di nikah kan. Malam pertama. Raja dan bidadari bersama di suatu kamar untuk bulan madu. Raja itu berkata kepada bidadari tersebut,” saya memberikan nama kamu Wine. Bidadari itu berkata,” iya saya mau itu nama yang bagus.
Satu tahun sudah mereka berdua bersama di istana itu. Perhatian dan kasih sayang raja selalu di berikan kepada Wine. Wine mengandung sudah satu bulan. Marta semakin tidak menyukai Wine karena perhatian raja selalu di berikan untuk Wine.
Delapan bulan sudah, Wine hamil besar. Raja akan pergi mengunjungi taman lamanya di Pomei.
Selama sebulan raja belum juga pulang. Dua hari kemudian Wine melahirkan tepat pada malam hari. Marta terkejut karena Wine melahirkan seratus satu bersaudara. Marta menyuruh pelayannya untuk mengumpulkan seratus satu ekor kelinci. Di luar kerajaan. Wine belum juga menyadarkan diri.
Pelayan tersebut datang membawa seratus satu ekor kelinci untuk di gantikan dengan anak manusia.
Pelayan tersebut menaruh semua anak manusia itu di dalam keranjang, dan membawanya ke belakang kerajaan.
Ketika sampai di tepian sungai pelayan itu menaruh seratus satu bersaudara tersebut di atas air.
keranjang tersebut hanyut mengikuti aliran sungai tersebut dan menghilang, melewati tanjung. Pelayan tersebut pulang sampai di istana.
Pelayan itu berkata kepada Marta,” saya sudah membuang bayi-bayi itu, Marta berkata,” kerja yang sangat bagus, rahasia ini hanya kau dan aku yang mengetahuinya. Saya berharap kamu bisa menjaga rahasia ini, kalau tidak saya akan membunuh mu.
Tak lama kemudian wine ter sadar. Wine berkata dimana anak-anak saya, Marta dan pelayan itu hanya terdiam.
Wine berkata lagi, dimana anak-anak saya. Marta menyuruh pelayan itu untuk membawa, anak-anaknya dan menaruh nya di depan wine.
Wine melihat ternyata yang berada di dalam keranjang itu bukan anak manusia, melainkan anak kelinci. Wine menangis dan meronta-ronta, sambil berkata,” kalian kemana kan anak-anak saya. Saya bukan melahirkan anak kelinci. Tetapi saya melahirkan anak manusia, Wine menangis histeris.
Marta dan pelayan itu keluar dari ruangan tersebut, pas sampai di luar mereka berdua bertemu dengan raja yang baru tiba, dari pomei. Raja itu berkata,” bagaimana wine sudah melahirkan kaa. Marta berkata,” coba kamu lihat sendiri di dalam kamar, apa yang terjadi dengan istri kesayangan mu itu.
Ketika raja masuk kedalam ruangan itu dan melihat banyak sekali anak kelinci yang berhamburan di atas lantai kamar itu. Raja itu langsung berkata,” Katanya kamu ingin melahirkan seratus satu bersaudara, tapi mana kemu hanya melahirkan anak kelinci.
Raja itu membawa wine keluar kerajaan hingga menyeretnya sampai di pondok tua yang kumuh, di luar tembok kerajaan.
Ketika sampai di pondok tua itu raja berkata,” kamu tidak boleh pulang ke istana, kamu harus tinggal disini.
Wine hanya berkata,” saya yakin, saya telah melahirkan anak manusia bukan kelinci. Suatu hari mereka akan datang untuk menemui, aku. Tampak memperdulikan perkataan Wine raja itu berjalan pergi meninggalkan Wine di gubuk tua itu. Di depan gubuk tua itu berdiri pohon besar.
Sore itu wine merasa lapar. Wine berjalan menuju sungai itu. Wine melihat banyak sekali ikan yang berlalu lalang di dalam air itu. Wine mencoba menangkap ikan ternyata, Wine mendapatkan-nya dengan muda.
Wine membawa ikan itu sampai di gubuk kumuh tersebut. Wine membuat api dan memasak ikan hingga matang. Walaupun makan malamnya cuma ikan. Wine merasa kenyang.
Malam itu wine tertidur pulas. Kehidupan wine selama dua pulu lima tahun berlalu. Siang itu wine melihat ke seberang sungai tersebut, ternyata banyak sekali laki-laki muda yang gagah perkasa datang menuju gubuk tua itu.
Wine melihat lelaki yang jalan lebih dulu mengenakan baju putih. Wine hanya menerka kalau ia pasti pilot. Yang jalan di urutan kedua memakai pakaian loreng. Wine menerka,” ia pasti tentara, dan seterusnya, yang paling terakhir Wine melihat ia mengenakan pakaian putih. Wine menerka kalau ia pasti kapten.
Wine menghitung satu dua tiga sampai seratus satu. Dalam hati Wine bertanya-tanya mereka pasti anak-anakku. Seratus satu bersaudara itu ketika sampai di depan Wine, kakak mereka berkata yang paling tua berkata,” kami anak-anak ibu. Wine sangat bergembira, sambil memeluk seratus satu bersaudara secara bergantian.
Seratus satu bersaudara itu berjalan menuju kerajaan dan mereka bertemu dengan raja.
Raja kaget melihat kedatangan pria-pria muda itu. Raja melihat ternyata Wine ada ikut bersama Pria-pria muda tersebut.
Dalam hati raja bertanya-tanya, apa ka ini anak-anak Wine. Raja mulai berhitung satu dua tiga empat sampai seratus satu bersaudara. Raja teringat tentang janji wine, pada saat Wine di taruh di rumah kumuh.
Anak pertama yang mengenakan pakaian pilot berkata,” Kami datang untuk meminta izin kepada bapak. Untuk membawa ibu kami pergi dari sini. Pria muda itu berkata lagi,” ketika kami di lahirkan.
Kami di buang oleh pelayan istana ke sungai, atas suruhan tuan putri. Ketika kami hanyut ada seorang bapak yang mendapati kami di dekat terjun.
Bapak itu membawa kami dan terus merawat kami. Sekolah kan kami hingga kami besar seperti ini.
Kami kesini hanya meminta pamit kepada bapak. Pria-pria itu pergi meninggalkan istana tersebut.
Ketika sampai di pondok tua itu. Seratus satu bersaudara tersebut menebang pohon untuk membuat sebuah kapal yang sangat besar.
Karena jumlah mereka banyak, hari itu juga kapal jadi di buatnya
Ketika kapal itu jadi. Seratus satu bersaudara beserta Wine naik di atas kapal. Yang menjadi nakhoda adalah, anak terakhir dari seratus satu bersaudara. Mereka berlayar pergi ke hilir sungai, dan menghilang.
Oleh : Ditome Papua
Posting Komentar